Bendung Telake Mampu Wujudkan Swasembada Pangan Kaltim
H. Yusran Aspar
Yusran : Belum Terwujud Petani Kehilangan Pendapatan
PENAJAM (NK) – Bendung Telaka yang berada di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kecamatan Longkali Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) apabila telah terbangun, diyakini mampu mewujudkan swasembada pangan di Kaltim.
Hal ini diutarakan, Bupati PPU, H Yusran Aspar dalam kegiatan penyerahan SK Calon Pegawain Negeri Sipil Daerah (CPNSD) kepada 17 Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL-TB) Penyuluh Pertanian di lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Jumat (22/9/2017) lalu.
Menurut saya bendung Telake memiliki peran besar dalam upaya meningkatkan produksi pertanian di Kaltim. Pertanian di Kaltim bisa tiga kali panen dalam satu tahun tanam, manakala bendungan itu dibangun oleh Pemerintah Provinsi. tetapi karena belum terwujud maka petani kehilangan dua kali pendapatannya,”ujarnya.
Ia mencontohkan, dengan luas lahan pertanian PPU selua 20 ribu Hektare jika dikali 5 ton lalu dikali Rp4 juta harga perton gabah kering kemudian dikali dua kali panen, maka hasil petani kehilangan sekitar Rp800 miliar pendapatannya, hal itu karena petani tidak bisa panen tiga kali dalam satu tahun.
“Belum lagi petani harus dibebankan biaya transportasi konsumen dan angkutan beras akibatnya Kaltim inflasi. Inilah kondisi yang kita alami saat ini,”beber Yusran.
Ia menambahkan, pembangunan bendung Telake yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp1,7 triliun ini, memang sangat berperan untuk mengairi sawah 14 ribu hektare sawah di PPU dan Paser. Tetapi karena belum terwujud saat ini petani di PPU hanya mengandalkan irigasi dari instalasi yang airnya berasal dari Sungai Telake serta juga andalkan air tandah hujan.
“Kita patut bersyukur, karena saat ini kita mendapatkan banyak musim hujan. Kaltim memang dilewati oleh garis khatulistiwa, sehingga banyak mendapatkan curah hujan. Semestinya kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh petani kita untuk membuat lumbung padi,”tukasnya.
Yusran berharap, agar petani juga membuat saluran dan penampungan air lebih dalam, agar air hujan dapat tertampung secara maksimal. Untuk pekerjaannya petani dapat memanfaatkan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pekerjaan Umum (UPT-DPU) Kecamatan.
Hal ini, jelasnya, memang telah dilaksanakan, namun tidak berkelanjutan dikarenakan air yang ditampung mengadung zat asam (PH) rendah dan kurang baik untuk pertanian tetapi dapat ditingkatkan.
“Kegiatan yang telah berhasil dilaksanakan seperti di Desa Sri Raharja Kecamatan Babulu dimana di daerah itu awalnya PH hanya mencapai tiga dan kini menjadi 6 hingga 7, sehingga ikan bisa hidup. Bisa di treatment dengan mikroba dengan biaya ringan tanpa teknologi canggih. Hal seperti inilah yang menjadi tugas dari tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), jadi mereka harus lebih hebat dari petani dan harus menguasai semua ilmu,”pungkas Yusran (iyan/nk/Humas09/Sisma)