HEADLINEKukar

Arfan Boma Resmi Pimpin KKSS Kukar

TENGGARONG (NK) – Jalinan persaudaraan antar etnis bugis dan kutai telah berlangsung sejak berabad – abad lalu terhitung sejak awal abad 15 (limabelas) menyusul saat tercetusnya perang saudara antar Kerajaan – kerajaan bugis dengan Kerajaan Gowa, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan didominasi oleh pengaruh kekuasaan Raja – raja Gowa, namun beberapa Kerajaan – kerajaan di bugis berupaya melepaskan cengkraman pengaruh Gowa dan melibatkan campur tangan pihak Kompeni Belanda. Perang demi perang pun berkecamuk hingga melahirkan kesepakatan melalui perjanjian “Bongaya” tahun 1667.

           Arfan Boma

Pasca lahirnya kesepakatan, pada abad ke 17 beberapa armada dagang bugis dan makassar telah melakukan invasi dan ekpansi laut demi memperluas pengaruh, bahkan hingga ke seberang pulau yakni tanah kutai yang dikuasai oleh Kerajaan Kutai ing Martadipura berlanjut ke masa Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Pada masa itu awal interaksi dan hubungan baik kedua etnis ini membangun komunikasi baik melalui jalur dagang, agama, budaya dan politik kekuasaan hubungan antar para Saudagar Bugis dan Pihak Kesultanan Kutai. Maka suku bugis pun banyak menyebar di pulau kalimantan khususnya Kalimantan Timur.

Singkat riwayat sejarah, oleh Kesultanan Kutai, warga Bugis yang mendiami tanah Kutai, diberikanlah kekuasaan atas tanah oleh Sultan Kutai bagi sebagian wilayah yang ada di Samarinda Seberang dan hingga kini sebagian besar penduduknya didiami oleh warga keturunan berdarah bugis.

Pendopo Bupati Kutai Kartanegara pada Sabtu (14/3/2020) berlangsung acara Pelantikan Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan Badan Pengurus Daerah (BPD) KKSS Kukar dihadiri oleh Bupati Kutai Kartanegara Drs. H. Edi Damansyah, M.Si, Ketua Badan Pengurus Provinsi (BPD) KKSS H.A. Sofyan Hasdam, Ketua Badan Pengurus Daerah KKSS Kukar Arfan Boma yang dipadati oleh sekitar seribu tamu undangan.

Ada yang beda dalam pertunjukan acara KKSS kali ini, selain menampilkan pertunjukan seni Tari – tarian daerah dari empat etnis besar di Sulawesi Selatan yakni Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja dengan mengenakan baju kebesaran etnis masing – masing, lebih dulu di tampilkan tarian Etnis Dayak dengan tarian enggang yang khas dan ditutup dengan tarian ethnis Kutai melalui tari jepen dan tingkilan khas Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Arfan Boma Ketua BPD KKSS terpilih dalam sambutannya sesaat setelah dirinya resmi dilantik dan di kukuhkan bahwa, KKSS siap betulungan mari jadikan moment ini sebagai wujud nyata dalam kebersamaan, kita kuatkan lagi manifestasi kita untuk kebersamaan kita dalam mendukung Pemerintahan Kutai Kartanegara agar lebih bersinergi dengan warga KKSS kedepanya.

Andi Sofyan Hasdam, sejak tahun 1668 orang bugis sudah datang di tanah Kutai Kartanegara kedatangan warga bugis ke tanah Kutai erat kaitan dengan perjanjian “Bongaya” lalu imbas dari hasil perjanjian tersebut orang Sulawesi Selatan khususnya yang berdiam di tanah Kutai diberikan wilayah di Samarinda Seberang oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Untuk menjadi pengurus di Organisasi KKSS tidak mudah utamanya dalam mengatasi konflik sesama orang Sulawesi di tanah Kutai.

Drs. H. Edi Damansyah, M.Si dalam pantunya “jika amarah tidak di redam janganlah sampai jadi dendam, rindu bisa terpendam jika tidak bertemu Bapak Sofyan Hasdam” kemudian disambut yel – yel dan aplaus oleh tamu undangan di Pendopo, lanjut Edi dalam Pidatonya, masyarakat sulawesi tersebar di 18 Kecamatan kurang lebih 32% dan khususnya terfokus di 6 Kecamatan wilayah pesisir, sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara adalah warga Sulawesi Selatan sudah sewajarnya KKSS memberi kontribusi kepada Pemerintahan Kutai Kartanegara.

Besar harapan Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara untuk merangkul kebersamaan dengan warga KKSS utamanya di beberapa Kecamatan di wilayah pesisir yang di dominasi warga Sulawesi Selatan (im/nk)