HEADLINE

Ketika Air Bah Menyapa Tanpa Tanda

NEWSKALTIM.COM, JAWA BARAT – Air mata Jawa Barat tumpah. Jabar berduka. Berharap bantuan dan doa-doa kita. Dua daerah dihantam musibah scara bersamaan. Garut dilanda banjir bandang, lalu Sumedang ditiban tanah longsor.

Suasana duka menyelimuti Kabupaten Garut pada Rabu, 21/9/2016. Seiring matahari terbit, kesedihan keluarga korban bencana alam semakin nampak. Puluhan jenazah satu persatu dibawa ke Rumah Sakit Guntur, Kabupaten Garut.

Sebelumnya Kabupaten Garut diguyur hujan deras sejak Selasa pukul 18.00 WIB. Hujan dengan intensitas tinggi berlangsung hingga pukul 21.00 WIB. Satu jam kemudian Sungai Cimanuk di Kabupaten Garut menumpahkan airnya ke lahan pertanian dan pemukiman warga di tujuh kecamatan.

“Saya teriak minta tolong… tolong, orang yang mendengar teriakan saya bilang masing-masing lah menyelamatkan diri,” ujar Mimin Aminah, 48 tahun, dilansir Rol.

Malam itu Mimin tinggal di rumah bersama dua orang anaknya dan dua orang cucunya. Rumahnya berada di daerah aliran sungai Cimanuk. Tepatnya di Kampung Bojong Sudika, Kelurahan Haur Panggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.

Ia mengatakan, luapan Sungai Cimanuk datang tiba-tiba, pintu rumahnya langsung terbuka karena terdorong air bah yang kuat. Mimin tidak sadar akan ada air secepat dan sebanyak itu masuk ke dalam rumah. Sebab, banjir yang pernah terjadi sebelum-sebelumnya tidak sedahsyat malam itu.

Kendati masih panik karena air bah datang begitu cepat, Mimin langsung mengeluarkan anak dan cucunya. Satu anak dan dua cucunya diserahkan ke orang-orang yang memberikan pertolongan.

Namun, Mimin bersama seorang anaknya terjebak di dalam rumah. Air sudah terlanjur deras dan semakin tinggi. Sehingga, dia terpaksa merayap ke atap rumah.

Mimin berhasil naik ke atap rumah karena dibantu anaknya yang masih duduk di bangku kelas I Sekolah Menengah Pertama. “Saya ditarik ke atas atap rumah sama anak saya, di atas sangat lama gak ada bantuan,” ujarnya sambari memejamkan mata cukup lama.

Mimin menerangkan, tetangganya yang juga tidak sempat menyelamatkan diri ternyata sudah ada di atas atap rumah. Lama-lama air dari luapan Sungai Cimanuk sudah sampai ke atap rumah. Beruntung malam itu kabel listrik sudah tidak mengalirkan listrik.

Hingga berita ini ditulis, musibah itu merenggut 21 korban meninggal dunia, 15 masih dinyatakan hilang dan 1.000 warga diungsikan. (Eka Tiuna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.