ADVERTORIAL - PARLEMENTARIAHEADLINEPPU

Wakil Ketua MPR RI Sosialisasikan Empat Pilar di PPU

Wakil Ketua MPR RI Mahyudin saat memberikan materi dalam kegiatan sosialisasi empat pilar dihadapan ratusan masyarakat Kecamatan Babulu,  kabupaten PPU

PENAJAM  (NK) –   Wakil Ketua MPR RI Mahyudin membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI sekaligus sebagai pembicara  tunggal dalam acara yang diselenggarakan di Kantor Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) ini,  Rabu (10/10/2018), sosialisasi ini merupakan  rangkaian kunjungan kerjanya di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), setelah sehari sebelumnya melakukan kegiatan yang sama di Kabupaten Paser.

Dalam kesempatan ini Mahyudin juga didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten PPU, Suhardi yang mewakili Bupati PPU, Apdul Gafur Masud (AGM). Dihari yang sama setelah pelaksanaan kegiatan ini di kecamatan Babulu, sosialisasi empat pilar MPR RI juga dilaksanakan di Desa Telemoi Kecamatan Sepaku Kabupaten PPU.

Dihadapan ratusan peserta Sosialisasi yang terdiri dari kalangan pelajar, kepala desa, dan masyarakat umum ini, Mahyudin mengatakan bahwa sosialisasi empat pilar MPR RI dilaksanakan karena pemerintah melihat saat ini ada tantangan kebangsaan yang terjadi diera globalisasi, dimana tantangan  kebangsaan semakin kuat.

Hal itu terjadi kata Mahyudin diantaranya karena masih lemahnya penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut, serta adanya pengamalan terhadap ajaran agama  yang keliru dan sempit yang akan menimbulkan berbagai paham radikal dan kerap menjadi teroris.

Pemahaman sempit inilah pada akhirnya menimbulkan aksi terorisme yang bukan hanya merugikan diri sendiri, juga merugikan bangsa dengan munculnya korban jiwa ketakutan serta rasa tidak aman,” katanya.

Diungkapkan Mahyudin, hal tersebut terutama muncul pasca reformasi bergulir dimana Pancasila seperti ditinggalkan bahkan kurikulum sekolah menghilangkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sehingga banyak rakyat terutama generasi muda tidak lagi direfresh tentang moral Pancasila.

“Berkurangnya pemahaman Pancasila ditambah era keterbukaan, masuklah berbagai pemahaman agama yang sempit dan merasuk ke dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang kebetulan belajar agamanya hanya dari internet bukan dari guru, ulama dan kyai secara langsung sehingga banyak salah memahami,” ujarnya.

Dari eksternal, tantangan kebangsaan yang wajib diwaspadai adalah pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar bangsa yang semakin tajam yang masuk melalui kemajuan teknologi informasi seperti media sosial, internet, game online yang luar biasa tidak terbendung.

“Kemajuan teknologi informasi modern tersebut jika tidak disikapi dengan bijak, maka teknologi tersebut akan berdampak merusak sendi-sendi kebangsaan Indonesia bahkan pemahaman radikalisme masuk juga melalui teknologi informasi ini,” ungkapnya.

Untuk itu, Mahyudin mengajak seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda bangsa agar bijak menggunakan teknologi informasi. Pergunakan itu untuk kebaikan dan mempermudah aktifitas. Juga harus pintar-pintar menyaring segala informasi hoax atau fakta yang banyak muncul di media sosial.

“Apalagi mendekati pilpres 2019. Munculnya berbagai kabar hoax, fitnah dan adu domba sangat banyak. Tanamkan dalam diri bahwa pilpres adalah pesta demokrasi yang biasa-biasa saja. Pilih sesuai pilihan masing-masing tanpa harus berkelahi antar teman, antar tetangga, antar keluarga. Pilpres 2019 adalah pintu masuk untuk Indonesia maju dan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang bulu,” tandasnya. (Humas6/nav/nk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.