Lagi, Seorang Guru Diamankan Polisi Diduga Lakukan Pencabulan
Di sekolah inilah tersangka Di selama ini mengajar
Kali ini Terjadi di SD Swasta PPU
PENAJAM (NK) – Kasus pencabulan kepada murid perempuan kembali terjadi, sebelumnya terjadi di disalah satu sekolah dasar (SD) di desa Kota Bangun I, Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan tersangka Bs (57) seorang guru agama dan terungkap pada Senin (18/02/2019) lalu, kini kejadian serupa terjadi di salah satu SD swasta sekitar Kelurahan Nipah – Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dengan tersangka seorang guru ngaji inisial Di (28).
Kapolres PPU, AKBP Sabil Umar, kepada awak media, Selasa (26/02/2019) membenarkan, kejadian tersebut dan kini masih dalam penyelidikan dan tersangka telah diamankan di Mapolres PPU untuk menjalani pemeriksaan.
Saat ini tersangka sudah kita amankan, dan tadi kami juga telah mengumpulkan para orangtua dan wali murid termasuk ketua Yayasan sekolah tersebut. Insya Allah besok saya sampaikan hasil pemeriksaannya,”bebernya.
Sementara itu, mewakili kepala sekolah dan Bidang Pendidikan Yayasan, Asniar mengaku sekolah dan yayasan kaget atas kejadian ini, pasalnya selama ini Di dikenal cukup dekat dengan anak didiknya dan tidak berprilaku aneh meskipun baru di November lalu tersangka bekerja di yayasan tersebut sebagai guru ngaji, mengajar di kelas satu dan tiga.
“Informasi yang saya terima yang bersangkutan ditangkap di taman roselin pada Minggu (24/02/2019) malam sekitar pukul 00.00 wita, namun untuk jelasnya silahkan tanyakan kepada polisi,”katanya.
Asniar mengungkapkan, pihaknya baru mendapatkan laporan dari salah satu wali murid pada Minggu sore harinya dan kepala sekolah juga melaporkan hal itu ke yayasan, kemudian menyusul sejumlah wali murid lainnya dan mengatakan masalah ini akan dilaporkan kepada polisi.
“Dari kami menyatakan silahkan saja jika salah dilaporkan, lalu sekitar jam 00.00 wita datanglah tiga orang anggota polisi mencari yang bersangkutan dan kebetulan tidak berada di lingkungan sekolah, sehingga dilakukan pelacakan dan ditemukan di taman Roselin,”tukasnya.
Dituturkannya, dirinya tidak mengetahui jumlah wali murid yang datang melaporkan anaknya jadi korban pelecahan, sebab yang datang ketika itu juga ada wali murid yang anak tidak jadi korban tetapi datang untuk memberikan dukungan kepada sekolah.
“Untuk angka pastinya saya tidak mengetahui namun tidak sampai 10 orang yang melaporkan ke polisi, saat ini kami dan wali murid juga sedang mendata berapa anak yang jadi korban namun tidak bisa cepat karena yang dihadapi adalah anak – anak sehingga gampang – gampang susah.”ujar Asniar.
Pada kesempatan itu, dirinya meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas kejadian ini dan itu adalah perbuatan oknum yang pasti setelah kejadian ini pihaknya akan memperketat dalam perekrutan pengajar.
“Kami serahkan kepada aparat hukum dan tentunya kepada yang bersangkutan langsung kami lakukan pemecatan kepada pelaku, apalagi Di disini status guru tidak tetap,”tegasnya.
Seorang Wali Murid, Samir Paturusi, mengaku prihatin atas kejadian ini namun kami menilai itu bukan kesalahan dari sekolah ataupun yayasan dan tindakan tersebut murni dilakukan oleh oknum guru tanpa sepengetahuan yayasan atau sekolah.
Menurutnya, mungkin kedepan kejadian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk yayasan dalam teknis perekrutan guru – guru dan lebih selektif, bermoral dan bisa membina para peserta didiknya.
“Saran saya sebagai orangtua murid mungkin lebih baik guru – guru yang direkrut lebih banyak guru perempuan saja, dan bukan karena faktor kedekatan atau faktor lain yang tidak memiliki efek positif dalam proses mengajar dan belajar di sekolah ini,”pungkasnya.(nav/nk)