ADVERTORIAL - PARLEMENTARIAPPU

Pemkab Punya Tanggungjawab Besar Terhadap Masyarakatnya

H. Tohar

PENAJAM (NK) – Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) sebagai agen of development, agen of change memiliki tanggung jawab besar terhadap masyarakat. Demikian dikatakan, Sekda PPU, Tohar saat membacakan sambutanya Bupati PPU, Abdul Gafur Mas’ud pada pembukaan Sosialisasi, Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Selasa (12/3/2019), di Kantor Desa Gunung Makmur, Kecamatan Babulu, PPU.

Kegiatan sosialisasi tersebut dikemas dalam Program kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga, (KKBPK) tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2019 bersama mitra kerja

Ada beberapa poin penting yang sesungguhnya menjadi focus dari pemerintah sebagai agen of development, agen of change. Kita (Pemkab) punya tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat, isu stanting menjadi buah bibir di mana-mana, padahal mau stanting, atau penyakit endemik, mau apapun yang terkait dengan program kependudukan basicnya hanya satu, yaitu keluarga,”ujar Tohar.

Oleh karena itu, ia berharap, seluruh warga  yang mengikuti kegiatan tersebut,  mampu menyerap materi yang disampaikan oleh pemateri. Selain itu, pemkab akan mencoba melakukan pendekatan yang mendasar yaitu keluarga.

“Saya harus berbicara 100 hari kedepan pasca kelahiran anak, berarti harus berbicara anak batita atau anak balita, the Golden of old (usia emas bagi anak), saya akan mencoba dari pendekatan keluarga,”katanya.

Menurutnya, siapa yang memiliki peranan penting di dalam keluarga, tentu saja orang tua yaitu Ibu dan Bapak.

“Coba ini dulu yang dibenahi, seperti mutu kalau terencana akan lebih mudah, sekarang tidak bisa dipastikan, ketika sudah menjadi suami isteri adakah yang masih ingat ketika merencanakan pernikahan, ada pula yang mungkin sekonyong-konyog manjadi suami isteri, kalau yang terencana itu relative lebih mudah, apalagi didahului dengan taarruf atau perkenalan yang cukup,”tukas Tohar.

Mengenali sifat, watak, dan karakter,  lanjutnya, lebih lama itu relative lebih mudah dalam rangka menyatukan visi ketika ingin membangun keluarga, daripada orang yang ketemu sesaat, kemudian sekonyong-konyong ditakdirkan Allah menjadi suami istri.

“Karena juga memang takdir, atau juga karena sungguh keterpaksaan itu akan berbeda, apa yang harus dibenahi di keluarga inti terutama hubungan ibu dan ayah, ” terang Tohar.

Tohar menambahkan, Kepala keluarga harus memiliki visi yang sama, akan kemana arah membangun rumah tangga kedepan, apakah asal menyatukan kedua insan yang berbeda dengan ikatan perkawinan atau punya tujuan yang lebih jauh sebagai hakekat sebuah perkawinan, itu yang menjadi persoalan. Karena ini sesungguhnya yang melandasi keberadaan keluarga yang hadir dalam ikatan perkawinan itu.

hanya saja, jelasnya, rata-rata hubungan ibu dan ayah banyak yang tidak mampu menyikapinya, itu yang menjadi persoalan inti sehingga banyak diantaranya yang mencari apa yang dibutuhkan yang tidak ditemaukan dalam leluarganya, ini merupakan tantangan.

Dituturkannya, untuk merawat hubungan ini banyak yang dikesampingkan, baik oleh ayah maupun ibu. Biasanya dari persoalan yang sepele, tapi sungguh itu merupkan prasyarat bagi ibu dan ayah untuk mendekatkan emosional secara pribadi. Dilihat dari calon pasangan masing masing pada umumnya adalah yang kasat mata, kemudian setelah adanya taarruf perkenalan, barulah diluar yang kelihatan secara kasat mata, mungkin sifatnya, mungkin latar belakang keluarganya dan lain-lain.

“Saling memberikan fasilitasi diatara keduanya, ini yang banyak diabaikan oleh setiap pasangan, segala keperluan keluarga menjadi tanggungjawab sepenuhnya suami, termasuk menyiapkan sandang, pangan dan papan, pendidikan dan lain sebagainya, ini semua adalah tanggungjawab suami, hukum formal maupun hukum agama seperti itu ketetapanya,”urainya.

Ia menerangkan, sebagai  ibu diupayakan bagaimana mampu menatausaha penghasilan suami, guna menopang kebutuhan keluarga. Caranya silahkan masing-masing keluarga, prinsipnya harus mengetahui berapa penghasilan suami serta mampu mengusahakan bagaimana menutupi kebutuhan keluarga.

“Kalau kita tidak hati-hati pertahanan keluarga bisa jebol, untuk itu yang paling perlu diperhatikan adalah menyiapkan keluarga dengan memberikan pendidikan umum, pendidikan agama dan pendidikan orang tua, ini merupkan tanggungjawab kita kepada putra-putri kita,”tutupnya. (humas8/len/nk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.