Tim Satgas Terpadu Berjibaku Padamkan Karhutla Kalbar
Salah satu helikopter milik BNPB yang dikerahkan untuk melakukan pemadaman Kebakaran lahan gambut di Kalbar, dimana banyak memiliki titik panas. Tercatat empat orang warga meninggal dunia akibat kebakaran sebulan terakhir ini
BNPB Kerahkan 10 Helikopter dan Lakukan Hujan Buatan
JAKARTA (NK) – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih melanda di wilayah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), sehingga Tim satgas terpadu terus berjibaku untuk padamkan api Karhutla.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan, Satgas darat terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Dinas Pemadam Kebarakan, Satpol PP dan relawan terus memadamkan di darat sedangkan Satgas udara melakukan pemadaman dari udara.
“BNPB, juga telah mengerahkan 10 helikopter yang digunakan untuk patroli dan water bombing. BNPB dan BPPT juga terus melakukan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Casa 212-200 TNI AU. Sudah 5 ton bahan semai Natrium Clorida (CaCl) ditaburkan ke dalam awan-awan potensial di angkasa. Dalam beberapa hari turun hujan, meski tidak merata. Namun mengurangi jumlah kebakaran yang ada,”bebernya.
Ia mengungkapkan, lahan gambut yang terbakar menyebabkan kendala dalam pemadaman. Selain itu cuaca kering, air mulai terbatas, dan daerah yang terbakar cukup luas menghambat upaya pemadaman.
Banyaknya titik panas Karhutladi Kalbar, ini terkait dengan kebiasaan masyarakat membakar lahan sebelum membuka lahan. Masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sambas, Ketapang, Kubu Raya dan lainnya memiliki tradisi gawai serentak, yaitu kebiasaan persiapan musim tanam dengan membuka lahan dengan cara membakar,”tutur Sutopo.
Meskipun pemerintah daerah, lanjutnya, telah melarang namun ternyata kebiasaan ini masih dipraktekkan di banyak tempat. Tantangan ke depan bagaimana memberikan solusi kepada masyarakat agar dapat menerapkan pertanian tanpa bakar atau insentif tertentu.
Ditegaskannya, aparat kepolisian terus meningkatkan patroli dan penegakan hukum terkait dengan kesengajaan membakar hutan dan lahan ini. Sosialisasi juga terus ditingkatkan kepada semua pihak agar tidak membakar dan melakukan pencegahan.
Sutopo membeberkan, hasil pantauan 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNPP pada katalog Modis Lapan terdeteksi 885 titik panas (hotspot) Karhutla di Kalbar pada 23/8/2018 pukul 07.13 WIB. Dari 885 titik panas tersebut 509 titik panas kategori sedang dan 376 titik panas kategori tinggi.
“Jumlah 885 titik panas di Kalbar ini adalah terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Daerah yang cukup banyak terdeteksi titik panas adalah Kalimantan Tengah (Kalteng) adalah 151 titik panas. Secara keseluruhan terdapat 1.231 titik panas di Indonesia pada 23/8/2018 pukul 07.13 WIB. Daerah lainnya jumlah hotspot tidak terlalu banyak. Upaya pemadaman terus dilakukan tim satgas terpadu di daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalteng dan Kalimantan Selatan (Kalsel),”tukasnya.
Menurut Sutopo, dampak Karhutla di Kota Pontianak telah menyebabkan kualitas udara berdasarkan konsentrasi partikulat (PM10) terukur 166 mikro gram per meter kubik atau kategori tidak sehat pada 23/8/2018 pagi. Sebaran asap mengarah ke utara di wilayah Kalbar bagian barat. Sebanyak 2.000 orang dilaporkan menderita sakit ISPA selama musim kemarau ini.
Sementara itu, jelasnya, Bandara Internasional Supadio di Pontianak tetap beroperasi normal. Jarak pandang 4 kilometer. Sementara itu sekolah sudah masuk kembali, setelah sebelumnya sekolah diliburkan selama 20 – 22 Agustus 2018 karena pengaruh asap kabakaran hutan dan lahan.
Empat Orang Meninggal Dunia
Dikatakannya, dampak Karhutla di wilayah Kalbar, telah menyebabkan empat orang meninggal dunia sejak sebulan terakhir. Jumlah ini merupakan data per 21/8/2018. Korban meninggal akibat terpapar asap dan api saat lahan di sekitarnya terbakar. Mereka terjebak dalam kepungan api yang dibuat untuk membersihkan lahan. Keempat korban berasal dari daerah yang berbeda yaitu Kabupaten Melawi, Sambas dan Sintang.
BMKG, ungkapnya, telah mengeluarkan peringatan dini bahwa cuaca makin kering dan berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan. Hujan akan makin berkurang. Puncak kemarau terjadi selama Agustus hingga September. Untuk dihimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan. Lakukan pencegahan dan tingkatkan patroli. Apalagi di lahan gambut, jika sudah terbakar sulit dipadamkan.
“Tim satgas terpadu akan terus melakukan upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Cuaca yang makin kering akan menjadi tantangan yang lebih berat. Tapi tim gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, SKPD dan relawan ini akan terus bekerja untuk mencegah dan memadamkan Karhutla,”pungkas Sutopo (nav/nk/*)